27 Agustus 2008

Ketika Merdeka Begitu Dekat Terasa


Kemeriahan peringatan hari kemerdekaan RI begitu gempita.
Pawai sepeda hias anak-anak,
aneka perlombaan menambah semarak,
dari lomba baca puisi, modelling, karaoke, tari poco-poco hingga panjat pinang.
Bahkan, di berbagai tempat lain masih kerap lengkap dengan lomba makan kerupuk,
balap karung, memasukkan bendera dalam botol, tarik tambang, hingga lomba bakiak.

Panggung kemerdekaan di malam hari pun begitu membahana.
Meriah dengan berbagai atraksi, dari anak-anak, remaja hingga ibu-ibu.
Dari pertunjukkan nyanyian beregu anak-anak yang masih tertatih melafalkan
lagu-lagu wajib nasional, show model, pembacaan puisi patriotik,
pertunjukkan bela diri, hingga lantunan fasih hit pop remaja ABG dengan grup band nya,
sesekali diseling dengan pembagian hadiah perlombaan,
lengkap, dipandu kemeriahan pembawa acara yang sesekali meneriakkan pekik: merdeka!!!

Begitu sempurna semua tergelar.
Begitu lestari, karena berulang setiap tahunnya.
Terkadang makna kemerdekaan tenggelam dalam pesta yang digelar.
Penjajahan di atas bumi Indonesia, memang sudah tidak ada lagi.
Sudah tidak ada lagi pejuang yang mati-matian memperjuangkan hengkangnya penjajah.
Sudah tidak ada lagi ceceran darah dan tubuh yang terburai dimakan mesiu penjajah.
Sudah tidak ada lagi hiruk pikuk peperangan dan isak tangis keluarga menanti ayahanda dan sanak keluarganya datang dari medan perang.

Namun, benarkah kemerdekaan yang demikian yang kita inginkan?

Tercukupinya kebutuhan sandang, pangan dan perumahan,
tersedianya berbagai sekolah tempat anak-anak menuntut ilmu,
kaum wanita pun telah dapat mengaktualisasikan dirinya,
ada pekerjaan penopang kebutuhan hidup.
Hidup nyaman, tenteram, dan sejahtera dengan berbagai fasilitas pendukung.

Benarkah keadaan yang seperti ini yang kita inginkan?
Apakah keadaan seperti ini juga telah dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat
di sekitar kita? Di negeri ini?
Apakah dengan demikian, kita benar-benar telah merdeka?

Padahal, kerap kita menyaksikan kelangkaan BBM di sana-sini,
tidak sedikit siswa dan mahasiswa yang tidak bisa melanjutkan sekolah
karena mahalnya biaya pendidikan,
berbagai budaya impor digandrungi kaum muda Indonesia tanpa disadari,
produk hukum yang masih kental dengan intervensi asing,
aset-aset negara yang satu per satu menjadi milik asing,
belum lagi utang luar negeri yang demikian menjerat.
Kebijakan-kebijakan politik pemerintah kerap tidak menguntungkan rakyat.

Bentuk-bentuk penjajahan baru tanpa disadari telah dekat menyatu,
menyusup sisi-sisi sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, hukum
dan ranah politik negeri ini.
Sumber daya alam negeri yang demikian melimpah,
belum dapat membuat rakyat sejahtera.
Persoalan multidimensi menjadi konsekuensi yang harus diterima.

Bentuk penjajahan pemikiran dan gaya hidup seperti ini,
jauh lebih berbahaya ketimbang penjajahan fisik.

Kemerdekaan bukan hanya kemerdekaan fisik saja,
tetapi juga merdeka dari kemiskinan,
kebodohan,
keterbelakangan,
keterpurukan,
ketergantungan kepada pihak asing.

Bukankah kemerdekaan yang hakiki adalah
ketika seorang hamba tidak menghamba kepada sesama hamba.
Kemerdekaan yang membawa seorang hamba menghamba dengan sepenuh hati
kepada sang Khalik.
Sang Khalik tidak sekedar menciptakan diri hamba-hamba Nya,
menciptakan teman-temannya,
dan menciptakan seluruh umat manusia dan alam semesta.

Sang Khalik tidak sekedar menciptakan semuanya,
tetapi juga lengkap dengan aturan kehidupan,
yang mengatur kehidupan hamba-hamba Nya.

Apakah kita cukup ridha untuk diatur oleh aturan-aturan Nya?
Apakah belum saatnya kita menerima aturan-aturan Nya yang jauh lebih sempurna,
yang dijamin oleh Nya akan membawa rahmat,
kesejahteraan,
dan keselamatan.

Menjalani hidup, bukan sekedar mengalir layaknya air.
Hidup perlu dilalui dengan tetap mengedepankan rambu-rambu sang Khalik.

Ketika saat ini aturan-aturan Nya belum bisa diterapkan,
apakah kemudian kita ikuti saja arus tren yang penuh konspirasi global seperti sekarang? Tetapkan langkah tuk selalu memperjuangkannya,
hingga kemerdekaan hakiki suatu saat akan kita raih.

:)Catatan kecil di akhir malam 17 Agustus 2008

mohon maaf karena saya baru belajar bikin blog hasil ini cuman copian aja, sebelumnya aku minta maaf.